(Opini) Pendidikan Berbasis Keluarga di Sekolah

PROKAL.CO, Ketika mendengar dan melihat perkelahian pelajar baik di media cetak maupun di media elektronik, tergambar lah ketakutan orang tua tentang dunia pendidikan selama ini. Di era tujuh puluhan maupun delapan puluhan sangat jarang sekali terdengar hal seperti itu. Yang lebih menyayat hati bagi dunia pendidikan adalah perlakuan atau tindakan orang tua murid terhadap guru yang sampai berbuah ke ranah hukum.

Pertanyaan yang timbul dari orang tua “Adakah yang salah dari dunia pendidikan kita ini? Atau kah karena telah terkikis moral etika pendidikan kita? Menjawab pertanyaan ini perlu ditinjau dari berbagai sudut dan kajian yang komprehensif.

Dalam hal ini penulis mencoba dari sudut kekeluargaan, yang mungkin kita sudah terlupakan dikarenakan arus perkembangan zaman dan moderenisasi kehidupan.

Anjangsana kelas

Berkunjung ke kelas yang berbeda pada saat pelajaran berlangsung dengan didampingi oleh guru yang pada saat itu mengajar akan mengubah suasana yang berbeda, walaupun siswa-siswi pernah tahu satu sama lain tapi apabila berkunjung ke kelasnya secara moral akan saling menghargai. Terjadi interaksi satu sama lain, keceriaan yang timbul tidak terlepas dari siswa. Yang biasanya hanya tahu wajahnya sekarang mereka saling kenal. Sebagai ilustrasi kita bertetangga atau bersaudara walaupun kita sudah saling kenal akan tetapi sangat jauh berbeda jika kalau kita berajangsana ke rumah, apa yang terjadi keakraban dan canda ria serta suasana kekeluargaan.

Sekolah memprogramkan kegiatan tersebut paling tidak satu minggu satu kali anjangsana ke kelas lain. Kegiatan yang dilakukan saling memperkenalkan diri atau seandainya lebih memungkinkan saling berdiskusi tetang topic yang menjadi trend di kalangan pelajar.

Kelas Orang tua

Orang tua berkepentingan mengantar anaknya pada waktu pertama kali sekolah di PAUD, banyak orang tua dengan senang dan gembiranya melihat anaknya masuk kelas dengan terang-terangan atau juga sembunyi-sembunyi untuk melihat aktivitas dan prilaku anak nya di kelas. Pemandangan seperti ini lazim terlihat di PAUD akan tetapi perlahan tapi pasti kegiatan orang tua pada jenjang pendidikan dasar atau juga SMP apalagi pada tingkat menengah (SMA/SMK) sungguh merupakan pemandangan yang langka terlihat. Keberadaan orang tua hanya terlihat ketika anaknya mendaftarkan masuk sekolah, setelah itu menjadi suatu pemandangan yang aneh seandainya orang tua memperhatikan anaknya berkativitas di dalam kelas atau melihat seperti di PAUD. Kedatangan orang tua ke sekolah terkadang di karenakan ada permasalahan dari pihak sekolah bukan karena keinginan orang tua untuk memperhatikan aktivitas anaknya di sekolah.

Kelas orang tua ini diperlukan untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah memfasilitasi pertemuan antara wali kelas dan orang tua untuk membicarakan program-program sekolah dan dengan adanya kelas orang tua maka pihak orang tua bisa mengetahui perkembangan aktivitas serta apa saja fasilitas yang dapat digunakan anaknya di sekolah. Diskusi ini bisa menimbulkan kepercayaan orang tua bahwa anaknya bersekolah ditempat yang tepat yang dapat merubah prilaku anaknya secara langsung seperti yang disampaikan oleh wali kelas. Program kelas orang tua sebaiknya dilakukan di awal tahun pelajaran atau lebih baik lagi pada saat habis Ulangan Tengah Semester.

Kelas Inspiratif

Program ini dengan melihat latar belakang orang tua siswa-siswi yang beragam sehingga ada diantara orang tua siwa-siswi yang memiliki profesi dan pendidikan yang dapat menginpirasi sekolah secara umum dan siswa-siswi secara khusus. Kegiatan dilaksanakan bisa dilakukan antara lain; a) pada saat hari Senin dalam upacara bendera sebagai Pembina upacara. Bagi anak yang orang tuanya sebagai Pembina upacara akan menimbulkan kebangaan tersendiri. Secara moral ikatan batin antara orang tua dan anak akan terjalin suasana kekeluargaan dan kekaguman dia terhadap sosok bapaknya dimata teman-teman akan memotivasi siswa/siswi menjadi lebih baik kedepannya, b) Forum Ilmiah yang dilaksanakan oleh pihak sekolah sebagai pembicara atau pemateri, c) program Jumat GLS (Gerakan Literasi Sekolah) yang pelaksanaanya dua minggu atau satu bulan sekali sebagai pembicara dihadapan guru dan siswa

Pendekatan dengan menggunakan Pendidikan Berbasis Keluarga di sekolah memungkinkan terhindarnya bentrok atau juga group-group di kalangan siswa-siswi yang ada di sekolah. Kesalahan pahaman orang tua terhadap guru dalam memberikan suatu tindakan yang bersifat mendidik akan bisa terhapuskan. Seperti yang kita ketahui bahwa karakter bangsa Indonesia adalah bersifat kekeluarga, musyawarah dan mufakat. Jalinan tersebut tidak akan terjadi seandainya pihak sekolah kurang memfasilitasi komunikasi sesama kepentingan sehingga menghilangkan image bahwa guru hanya mengajar, orang tua hanya menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah, sedangkan murid menjadi objeknya.()

Dr. Dra. Iswiyati Rahayu, M.Si.

* Ketua Program Pascasarjana STIA Bina Banua

Terbit di Radar Banjarmasin Link http://kalsel.prokal.co/read/news/4904-opini-pendidikan-berbasis-keluarga-di-sekolah.html

You may also like...

Leave a Reply