Ada yang Pinjam Nama Dosen

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Persaingan antara perguruan tinggi swasta (PTS) makin sengit. PTS juga harus memenuhi persyaratan akreditasi mengenai strata dosennya. Oleh karena itu ditengarai ada PTS yang meminjam nama dosen dari perguruan tinggi lain.

Ini diakui olehMandataris Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Kalsel, H Gerilyansyah Basrindu. Dia bahkan menyatakan keberadaan dosen pinjam nama tidak bisa dihindari, apalagi oleh PTS di daerah.

“Hal ini bukan dugaan lagi tapi pasti ada yang memakai jasa dosen pinjam nama. Di antaranya untuk keperluan mengejar akreditasi. Biasanya pinjam ke perguruan tinggi di Jawa. Jadi ada nama tapi tidak mengajar,” ujar Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bina Banua Banjarmasin ini, Jumat (30/8).

Agar dapat mencantumkan nama dosen tersebut sebagai staf pengajar, tentu saja PTS harus mengeluarkan dana. Dana tersebut, menurut Gerilyansyah, tergantung yayasan masing-masing.

Kendati diuntungkan, menurut Gerilyansyah, PTS yang menggunakan dosen pinjam nama lama kelamaan mengalami kerugian. Kerugian pertama adalah membayar dosen tersebut secara cuma-cuma. Selain itu nama PTS tersebut bisa tercemar karena membohongi mahasiswa.

STIA Bina Banua, menurut Gerilyansyah, tidak mau menggunakan dosen pinjam nama. Sekolah ini menggunakan dosen sesuai aturan. Berdasarkan aturan, status dosen cuma ada tiga yakni dosen biasa, dosen luar biasa dan dosen tamu. Honor mereka jelas. Mereka tidak akan diberi gaji atau honor bila tidak mengajar.

Agar mahasiswa tidak dirugikan, STIA Bina Banua juga menempatkan dua dosen setiap mata kuliah. “Jadi jika satu dosennya tidak hadir masih ada dosen lainnya. Saling melengkapi,” katanya.

Berdasarkan aturan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), satu program studi (prodi) minimal ada enam dosen atau 30 mahasiswa satu dosen.

Aptisi Kalsel, menurut Gerilyansyah, hanya bisa mengimbau PTS agar tidak menggunakan dosen fiktif. “Dosen fiktif alias dosen pinjam nama sebaiknya dihindari. Ini juga demi nama baik PTS karena bisa dinilai berbohong,” katanya.

Aptisi juga meminta PTS memanfaatkan dosen yang benar-benar bisa mengajar. “Pertahankan rasio dosen dan mahasiswa. Walau kekurangan, gunakan dosen yang bisa hadir. Bayar honor sesuai kehadiran mereka. Kendati ada standar minimalnya, PTS bisa memberikan honor yang menarik agar dosen tersebut semangat mengajar,“ katanya.

Koordinator Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Sipon Muladi mengaku pihaknya tidak bisa memeriksa satu persatu PTS di Kalsel untuk mengetahui ada tidaknya keberadaan dosen pinjam nama. “Kami hanya mengimbau agar PTS mengedepankan perkuliahan,” katanya. (kur)

Penulis: Nia Kurniawan
Editor: Halmien

You may also like...

Leave a Reply